2022 dalam Sorotan (Sebuah Catatan Pendek)

Gambar Utama oleh White Bull Films dari Pixabay

Sepekan sudah sejak kalender dengan angka 2022 digulung, disingkirkan, disimpan, atau mungkin saja sudah berlabuh di gudang barang-barang bekas. Tanpa kepastian, bisa jadi ia tidak akan pernah lagi disentuh hingga beberapa hari ke depan; kecuali jika sang pemiliknya berniat untuk menjual atau bahkan membuangnya.

Tahun 2022, tahun di mana manusia-manusia hebat berhasil melangkah lebih jauh. Ada yang melangkah dengan baik karena pencapaian; ada yang melangkah dengan biasa-biasa saja karena tak ada perubahan; dan ada pula yang melangkah dengan isak dari sisa tangisan yang mungkin belum sepenuhnya reda. Covid-19 mungkin masih menyisakan trauma, tapi 2022 dengan segala hal di dalamnya kemudian hadir untuk menenangkan.

Pada dasarnya, merayakan tahun baru agak mirip halnya dengan merayakan ulang tahun. Angka dan usia, keduanya adalah yang dirayakan; di mana umumnya setiap pribadi berpikir bahwa inilah saatnya memulai lembaran baru dalam buku kehidupan (meskipun kadang ada saja yang dijiplak dari lembar sebelumnya; bahkan jika lembar itu buruk sekalipun). Namun sebenarnya, hasil dari rumus jarak antara hidup dan mati saat perayaan tadi yang benar adalah pengurangan; bukan penjumlahan. Artinya kita gembira karena jarak waktu yang kita punya untuk menemui-Nya sudah semakin dekat. Patut disyukuri.

Apakah 365 hari kemarin sepenuhnya adalah masa transisi yang baik untuk semua orang? Jawabannya tentu saja iya – untuk mengatakan tidak sepenuhnya.

Juli

Pada tanggal 8 Juli 2022, Polres Metro Jakarta Selatan serta Divisi Propam Polri menerima laporan dari seseorang tentang adanya peristiwa penembakan terhadap Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J). Dalam laporannya, Brigadir J diduga melakukan tindak pelecehan terhadap istri dari pelapor, Putri Chanrawati. Kejadian tersebut memicu adanya baku tembak antara Brigadir J dan Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu (Bharada E) yang berakhir dengan kematian Brigadir J.

Layaknya pepatah ‘sepintar-pintar bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga‘, pada akhirnya, seseorang yang merupakan pelapor dari kasus ini ternyata adalah dalang utama; sang penulis skenario, Inspektur Jendral Polisi Ferdy Sambo, S.H., S.I.K., M.H. Setelah sekian banyak reka adegan yang ia tulis dalam bukunya, Irjen Ferdy Sambo ternyata melupakan lembar pertama yang berisi namanya sendiri sebagai aktor kecil dari skenario Tuhan. Perlahan namun pasti, bukti-bukti terkumpul hingga (mungkin) mencapai titik terang.

“Siapa saja anggota Polri yang melakukan perbuatan tercela dan menimbulkan kegaduhan di masyarakat akan segera ditindak. Tanpa pandang bulu!” Ferdy Sambo

Apapun bentuk sanksi yang akan diterima oleh sang pelapor ini (entah kapan) akan menjadi cerminan bagaimana institusi kepolisian negara kita bekerja (secara umum) dan sistem hukum republik ini berjalan (secara khusus).

Catatan

Kasus Irjen Ferdy Sambo ini mungkin bukan satu-satunya kasus yang harus kita sorot pada kalender 2022. Dalam catatan yang ada, masih ada kasus represif oleh aparat petugas terhadap masyarakat Wadas (Februari), bocornya 1,3 miliar data registrasi SIM Card dari Kemenkominfo (Agustus), agresivitas pihak kepolisian dalam Tragedi Kanjuruhan yang memakan 127 korban meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka (Oktober), kemudian kado spesial akhir tahun; pengesahan RUU KUHP menjadi UU (Desember), serta masih banyak lagi kasus-kasus yang secara transparan menyoroti kinerja berbagai pihak di lembaga pemerintahan.

Tahun 2021 silam, sekitar 3.092 bencana alam memporak-porandakan beberapa wilayah Nusantara dan membuat derai air mata mengalir tak terbendung. Cerita kelam begitu banyak menghantui; termasuk yang terbesar di antaranya adalah penyebaran Covid-19 dan berbagai varian barunya yang saling susul-menyusul. Pada hakikatnya, semua yang telah terjadi memang sudah berdasarkan pada ketentuan yang telah tertulis atas kehendak Tuhan; bahkan jauh sebelum manusia itu sendiri diciptakan.

Tak seorang pun dapat menciptakannya; sehingga tak seorangpun pula dapat menghentikannya. Mari berdoa untuk segala kebaikan.

Kejadian demi kejadian di tahun 2022 yang telah disebutkan sebelumnya pun memang sudah terjadi atas kehendak Tuhan. Semua telah tertulis dan akan berjalan dengan sebagaimana mestinya. Namun perlu diperhatikan bahwa apa-apa yang telah terjadi di tahun 2022 kemarin dapat memberikan kita satu kesimpulan; bahwa sebuah kendi tidak akan pecah kecuali: (1) seseorang dengan sengaja menjatuhkan, (2) seseorang memberikan hak perawatan kendi itu kepada orang bodoh yang tidak mengerti apa-apa, atau (3) seseorang meraih kendi itu memang atas dasar gairahnya saja akan air di dalamnya – tanpa berpikir bahwa dengan kendi yang sama yang ia rawat, banyak orang yang akan terbantu dan diri sendirinya pun akan terjaga dengan baik.

Sekali lagi, mari berdoa untuk NKRI kita yang lebih baik lagi di tahun 2023 ini. Semoga kawanan serigala berbulu domba yang sudah maupun yang belum terlihat dalam kawanan domba lainnya segera terjerat sehingga berakhir segala skenario jahatnya.

Jangan biarkan kalender berdebu begitu saja di dalam gudang; simpan baik-baik, jangan hilang dan jangan mau dihilangkan!

Tetap kawal sang pelapor!

Sumber data tulisan:

Republika | Jawa Pos | VOA Indonesia | CNBC Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas
error: Tindakan copy-paste tidak diizinkan!