Judul | You’re Not Funny Enough |
Penulis | Jacob Julian |
Editor | Vita Bretis |
Cetakan | Pertama (Juni, 2014) |
Penerbit | PING |
Tebal | 280 Halaman |
ISBN | 978-602-255-617-6 |
You’re Not Funny Enough — Kehadiran para komika dalam selip kegiatan harian masyarakat saat ini merupakan salah-satu mood-booster paling ampuh untuk membawa kembali lebar senyum bibir agar mengembang. Mulai dari tingkah laku, ucapan hingga sesederhana mimik muka yang mereka tampilkan tak pernah gagal membuat gelak-tawa para penontonnya pecah. Hadirnya teknologi juga menjadi peran vital di mana setiap momen lucu dari para komika dapat terabadikan dalam berbagai bentuk; serta dapat ditonton berulang kali, di mana saja dan kapan saja. Namun, pernahkah kita berpikir tentang bagaimana cara mereka menemukan hal-hal lucu sebelum tersampaikan di depan khalayak umum? Atau pernahkah kita menyangka bahwa dari jutaan gelak tawa yang tercipta, ada secercah kisah sendu, tangis serta pilu yang mengawali?
Novel karya Jacob Julian ini mungkin adalah satu-satunya novel komedi yang membahas hal-hal tersebut. Dunia komika yang selama ini kita kenal dengan kemeriahan panggung, gelak tawa hingga riuh suara para pemirsa ternyata harus dikesampingkan saat membaca novel yang satu ini. Alih-alih menampilkan berbagai macam materi yang mengundang tawa; novel terbitan PING ini akan membawa kita jauh ke dalam sebuah perjalanan lika-liku seorang komika; dalam pencariannya untuk menemukan dan mengembalikan keyakinan hati serta jati diri.
Mengambil Kota Madiun sebagai latar belakang tempat berawalnya cerita; Jamie, atau JD sebagai nama panggungnya adalah seorang komika yang memiliki jadwal manggung di kafe milik sahabatnya, Beni. Saat itu, lawak atau stand up comedy sudah tidak terlalu mendapat banyak perhatian dari masyarakat di kotanya. Orang-orang lebih memilih tetap menyeruput secangkir kopi hangat mereka dari pada mengalihkan perhatian terhadap sebuah lelucon yang sama-sekali sudah tak lagi menarik. Satu bulan berjalan, pertunjukan lawak dari Jamie di kafe itu kemudian benar-benar alpa dari penonton. Selain karena faktor awal di mana penggemar tak lagi ramai, Jamie juga sudah kehilangan sumber inspirasinya; Sonya, pacarnya dulu.
Keputusan cukup berat kemudian Jamie ambil. Setelah mengorbankan kuliahnya demi membangun karir sebagai seorang komedian; dan ternyata gagal, Jamie berniat untuk meninggalkan Kota Madiun dan mencoba-coba keberuntungan lain di Pulau Kalimantan. Dalam benaknya saat itu, untuk apa seorang pelawak tetap tegap berdiri di atas panggung; jika membuat para penontonnya tertawa saja tidak bisa? Jamie pun juga tidak bisa diam saja melihat karir yang ia bangun hancur sia-sia; dengan berpindah haluan menuju pulau yang berbeda, Jamie berharap ada peluang lain yang bisa ia manfaatkan.
Suatu malam di tengah deburan ombak yang bergantian menerpa badan kapal, Jamie bertemu dengan sepasang kekasih, Fey dan Luka. Fey merupakan seorang backpacker yang ternyata juga berasal dari Kota Madiun. Saat berkenalan dan mengetahui bahwa Jamie adalah seorang komika; Fey yang ternyata juga penggemar dunia stand up comedy pun meminta Jamie untuk memberikan pertunjukan di depan para penumpang kapal dengan tujuan Banjarmasin itu. Rasa bimbang kemudian memenuhi hati Jamie; di mana ia belum bisa bangkit dari keterpurukan sebelumnya saat show terakhir kali yang ia buat alpa dari penonton. Namun siapa sangka, momen membingungkan untuk hati Jamie di atas kapal tersebut berhasil membuat semangat dan harapannya kembali.
Pertunjukan di atas kapal pada dinginnya suasana malam itu juga menjadi awal mula dari kebangkitan Jamie dalam karirnya di dunia stand up comedy. Lika dan liku hidup setelah tiba di Pulau Kalimantan pun kemudian akan menambah pandangan para pembaca tentang kisah seorang komika yang ternyata tidak selamanya berhias tawa. Dalam novel dengan tebal 280 halaman ini; tokoh Jamie juga pernah harus mencicipi pekerjaan sebagai seorang tukang bersih-bersih kotoran di salah-satu mall di kota perantauannya.
Fey yang sebelumnya menjadi awal dari bangkitnya semangat dan daya juang Jamie di atas kapal; kemudian muncul lagi di akhir-akhir cerita tanpa kehadiran Luka, tunangannya. Kemunculan tokoh Fey yang terselip di salah-satu kisah Jamie ini juga membuat alur cerita yang tadinya penuh dengan nuansa perjuangan seorang komika; membuat romansa dan kisah cinta juga hadir dalam rangkai ceritanya.
Tidak banyak kekurangan dari novel yang satu ini, beberapa kosakata yang berkaitan dengan dunia stand up comedy mungkin akan membingungkan para pembacanya; seperti mandeg, guyon, upbeat, ajek, basement, greg dan lainnya yang akan ditemukan di sela-sela paragraf cerita. Hal lain yang mungkin akan menjadi satu kelemahan dari novel ini adalah ekspektasi pembaca yang mungkin tinggi untuk menemukan candaan atau lelucon dari sang pelawak; Jamie. Padahal, Jamie atau JD yang menjadi tokoh utama dalam novel ini akan hadir dalam berbagai bentuk ‘kegaringannya’ saat melawak; kemudian gagal untuk mengundang tawa.
Novel You’re Not Funny Enough ini memberikan kesan dan pandangan baru terhadap persepsi kita akan salah-satu bidang pekerjaan hiburan tanah air. Jauh dari pada pesan yang tersirat dalam tentang dunia perjuangan seorang komika; novel ini memberitahu kita tentang arti sebuah penghargaan akan setiap usaha yang orang lain miliki.
Selamat membaca!
Dapatkan buku ini di online shop seperti Tokopedia, Bukalapak dan lainnya.