
Folica, 1 Desember 2099
Kota kebanggaan penduduk bumi, Folica, tidak lagi berwujud. Hari ini, semesta telah mengakhiri derita dari ketakutan panjang ribuan manusia yang angkuh lagi serakah – pada setiap rintik hujan yang tersisa, awan gelap yang tak sempurna lenyap dari cakrawala, serta sinar sang surya yang kembali menyapa setelah tiga belas hari sirna.
Derai tangis ketakutan, penyesalan hingga ketidak-percayaan masih menyelimuti ratusan manusia terakhir yang berhasil bertahan dari petaka itu. Tiga belas hari yang lalu, mereka masih membayangkan bagaimana Folica bukan hanya sebuah kota terbaik sepanjang sejarah kehidupan, melainkan juga titik awal dari peradaban umat manusia yang selama ini diimpi-impikan.
Sejak pandemi virus VicaArz-39 benar-benar dinyatakan hilang dari muka bumi pada penghujung tahun 2049 lalu, penduduk bumi sepakat bahwa mereka harus memiliki satu tempat paling aman, mewah, maju dan canggih, serta eksklusif sebagai pusat peradaban umat manusia yang baru. Melalui perundingan dan koordinasi internasional, mereka sepakat bahwa tempat ini tidak boleh menjadi milik negara mana pun, tidak boleh diganggu oleh siapa pun dan bebas dari aturan-aturan yang mengikat, baik regional, lokal, hingga internasional sekalipun.
615 ilmuwan dari 129 negara disatukan, proyek gila ini dimulai pada tahun 2067 setelah melalui proses perancangan panjang sejak tahun 2050. Sepuluh milyar penduduk bumi menyepakati, bahwa Folica, yang akan ditargetkan selesai sebelum tahun 2099 adalah masa depan umat manusia yang sesungguhnya.
Jika ada yang lebih baik dari kehidupan super megah di Kota Folica, mungkin itu hanyalah fantasi belaka. Jika ada impian yang lebih tinggi dari pada menjadi penduduk Kota Folica, mungkin itu hanyalah halusinasi belaka.
Folica adalah mimpi indah bagi setiap orang – jauh sebelum mereka menyadari bahwa ada mimpi buruk yang sedang disembunyikan oleh semesta.
Folica, 18 November 2099
Secuat petir menyambar, sistem informasi di seluruh penjuru kota tiba-tiba tidak stabil. Para ilmuwan dari berbagai macam divisi pengembangan tatanan kota mendadak panik. Mereka tak menyangka bahwa sistem anti bencana yang telah mereka bangun selama hampir tiga puluh tahun masih bisa terganggu.
Tak lama, angin mulai berdesir kencang, intensitas cahaya meredup, suhu udara di langit kota turun perlahan, awan hitam mulai merayap – menyelimuti satu-per-satu wilayah dan melumat teriknya siang ke dalam gelap malam yang tidak semestinya.
“Attention! An unexpected trouble is detected! System back up will be activated in ten, nine, eight, seven, six, five, four, three, two, one.”
Suara robot pemantau dengan ketinggian tiga ratus meter berbunyi. Ini merupakan pemberitahuan otomatis saat pusat energi kota mengalami gangguan. Rumah-rumah, perkantoran, sekolah dan gedung-gedung yang telah terautentikasi dengan sistem pusat akan menerima sinyal dan membuka akses darurat secara otomatis. Hal ini sebagai antisipasi bila mana pemilik rumah atau bangunan lainnya sedang tidak ada di tempat.
“Attention! Current wind speed is abnormal!”
Peringatan kedua berbunyi. Lalu-lintas udara segera diberhentikan.
“Attention! Current air temperature is abnormal!”
Peringatan berlanjut, semua bangunan serentak mengaktifkan penghangat ruangan secara otomatis.
“Attention! Bad weather is confirmed! The city is in emergency status” Peringatan lanjutan berbunyi, notifikasi darurat muncul pada setiap ponsel pintar penduduk, papan elektronik pinggir jalan hingga tembok-tembok digital pada pusat keramaian kota.
Suhu turun drastis, kecepatan angin semakin menggila.
Para ilmuwan bergegas mendatangi pusat energi untuk memastikan tidak ada kerusakan serius pada sistem yang mereka bangun. Para ahli mesin, komputer hingga pakar-pakar sains saling berdiskusi – mempersiapkan segala hal tentang kemungkinan terkecil yang bisa saja terjadi.
Analisa dimulai.
“Apa yang terjadi? Satu kali sambaran petir dan sistem langsung terganggu?” tanya kepala staf pengembangan sistem informasi Kota Folica.
“Tentu saja! Folica yang kita ciptakan berada di tengah-tengah luasnya samudera pasifik. Saat suhu udara di atas permukaan laut terangkat ke atmosfer bumi – angin berkecepatan tinggi akan menyebabkan benturan antara suhu lembab dan panas yang tidak biasa, menghasilkan bibit ketidakstabilan cuaca, kemudian mengundang mata badai sebagai puncak gangguan; posisinya mungkin tidak jauh dari pesisir kota.” seorang berpakaian serba putih menjelaskan dengan menampilkan simulasi cuaca pada layar hologram di depannya.
“Tapi, ini adalah kali pertama robot pemantau mengkonfirmasi datangnya cuaca buruk. Semua orang di sini juga tahu bahwa sistem rekayasa dan pendeteksi gangguan cuaca yang kita gunakan sudah teruji keakuratannya.” seseorang dengan kursi tanpa roda datang, ia mengambang.
“Aku yakin bahwa tidak ada yang salah dengan sistem rekayasa atau pendeteksi cuaca yang kita miliki!” orang sebelumnya kembali memperlihatkan peta sinkronisasi sistem kota pada layar hologramnya dengan status hijau.
“Mungkin sudah pasti, bahwa inilah kali pertama kita akan menghadapi masalah serius. Jadi, mari bersiap untuk segala kemungkinan. Ada ribuan jiwa yang mungkin tidak pernah tahu secara mendalam tentang Folica.” kepala staf pengembangan sistem keamanan menghela nafas.
“Attention! Unexpected storm is under supervision! Higher emergency status is defined!”
Para ilmuwan menghela nafas. Satu-dua dari mereka turun dari kursi terbangnya.
Folica, 19 November 2099
Penduduk kota mulai digiring ke dalam suasana menakutkan. Sejak robot pemantau membunyikan alarm terakhir, sinar matahari belum juga muncul. Suhu udara kota semakin dingin, angin kuat menerpa dari segala arah.
Folica, 20 November 2099
Suasana semakin mencekam. Semua aktivitas di luar ruangan resmi dihentikan. Penduduk kota kini hanya bisa mengakses layanan yang telah disediakan di area aman bawah tanah. Kendaraan-kendaraan elektronik khusus telah didistribusikan melalui lorong-lorong yang menyusur di bawah megahnya kota.
Folica, 21 November 2099
Status berbahaya tingkat akhir ditetapkan. Stok kebutuhan harian telah dipindah-lokasikan ke area aman bawah tanah. Pemerintah bersama para ilmuwan telah membuka akses kota bawah tanah secara total. Area aman ini merupakan miniatur dari megahnya Kota Folica dengan fasilitas modern yang tak kalah lengkap. Akses menuju area tersebut merupakan bagian dari jaminan keselamatan para penduduk saat mendaftar menjadi salah-satu penduduk kota.
Folica, 22 November 2099
“Attention! Dangerous period is confirmed! All of the public facilities will be deactivated in ten, nine, eight, seven, six, five, four, three, two, one!”
Folica gelap-gulita. Sistem di atas permukaan tanah dinonaktifkan secara total.
Folica, 23 November 2099
Hujan deras mengguyur seisi kota. Kilatan petir menghias di antara rimbunnya awan hitam; gemuruh menakutkan saling bersahutan.
Penduduk kota mulai pesimis.
Folica, 24 November 2099
Korban tewas pertama dikonfirmasi. Seorang teknisi sistem yang mencoba memantau keadaan kota dengan kapsul anti-bencana meledak tersambar ganasnya sang halilintar. Kabar kelam menyebar secepat angin. Ketakutan hadir semakin nyata.
Folica, 25 November 2099
Bumi bergetar untuk yang pertama kalinya. Meski tidak terlalu kuat dan tidak ada kerusakan serius yang terdeteksi; hal ini cukup untuk membuat seluruh penduduk kota mulai membuka mulut – menuntut janji ratusan ilmuwan dan pemerintah tentang struktur bangunan kota yang mereka jamin aman dari segala macam bencana.
Folica, 26 November 2099
Korban tewas kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam terkonfirmasi. Satu regu pemantau sistem pusat di permukaan tanah dinyatakan hilang setelah tidak lagi memberikan sinyal umpan balik pasca gempa pertama terasa.
Folica, 27 November 2099
Pemerintah kota bersama para ilmuwan mengumumkan keadaan darurat untuk yang pertama kalinya via siaran langsung dari pusat sistem bawah tanah. Mereka menyatakan bahwa akses ke permukaan ditutup untuk siapapun sampai waktu yang tidak ditentukan. Mereka juga menginformasikan bahwa hari ini kapsul anti bencana kedua akan didistribusikan secepat mungkin kepada setiap kepala keluarga.
Selanjutnya, kepala staf pengembangan keamanan robotik memberitahukan bahwa Kota Folica sebenarnya juga memiliki sistem anti-gempa yang mampu menahan getaran berkekuatan hingga 8 SR di area atas permukaan; serta getaran berkekuatan hingga 12 SR pada area bawah tanahnya.
“Kepadatan struktur setiap bangunan di atas permukaan Kota Folica telah terintegrasi dengan kerangka baja yang dibentangkan sejauh lima kilometer dari bibir pantai menuju delapan arah mata angin; serta ditanam sedalam 0.5 kilometer di bawah dasar samudera; sebagaimana akar pohon bakau menjalar ke berbagai arah untuk menahan gelombang pasang-surut air laut. Kekuatan satu ruas baja pada setiap 500 meter diperkuat dengan masing-masing sepuluh beton anti retak yang menyangga sampai ke atas permukaan air laut; kekuatan total dari masing-masing titik pemicu pada beton tersebut secara bersamaan dapat menahan 5% dari total getaran yang dihasilkan gempa bumi. Kemudian, setiap 50 meter ruas baja yang ditanam secara vertikal langsung di bawah kota juga mampu meredam getaran hingga 8% dari total getaran khusus untuk area akar. Kerangka dari struktur akar Kota Folica dengan demikian akan mengurangi goncangan akibat gempa bumi yang terasa hingga 65% dibandingkan dengan getaran yang terasa di atas permukaan.” jelasnya dengan dengan yakin.
Penduduk kota juga dihimbau untuk selalu sigap apabila alarm peringatan terakhir berbunyi. Saat situasi tersebut benar-benar datang, pintu kapsul yang telah diprogram khusus pada sisi kanan dan kiri akan terbuka dan tertutup secara otomatis sesuai dengan durasi waktu yang ditentukan di pusat informasi.
“Kita mungkin adalah manusia dengan peradaban paling maju di dunia. Dan sudah pasti, tak satupun kota di muka bumi ini yang mampu menyaingi sistem terbaik yang ada di Kota Folica. Namun tetap saja, kami harus menyiapkan segalanya – untuk segala sesuatu yang mungkin belum terpikirkan sama-sekali.
Folica, 28 November 2099
Sinyal dari permukaan kota hilang sepenuhnya.
Folica, 29 November 2099
Dini hari, sistem pencahayaan bawah tanah kota mati total. Getaran kuat mulai mengguncang – membuat alarm area aman bawah tanah Kota Folica berbunyi.
Folica, 30 November 2099
Tak ada berita.
Area aman bawah tanah Kota Folica merupakan wilayah paling akhir di atas planet bumi yang mampu bertahan setidaknya selama sepekan dari bencana ini; sebelum kapsul anti bencana kedua dilepas-paksa untuk membawa para penumpangnya berhamburan di lautan lepas.
Setelah menghidupkan cadangan sistem terakhir melalui memori satelit, para ilmuwan dibuat diam tanpa gimik dengan rekaman badai dan goncangan gempa yang susul-menyusul dan tak berhenti selama 13 hari penuh. Bumi lebur, hancur porak-poranda tanpa sisa.
2 Desember 2099
“Hai bung, kau tahu kenapa kota ini diberi nama Folica?” seorang ilmuwan bertanya kepada temannya. Mereka baru saja berhasil sampai di dataran pertama.
“Entah, apa ini ada hubungannya dengan bencana ini?” seorang di sampingnya menjawab.
“Tidak, itu hanya deretan angka identik yang kita samarkan menjadi sebuah bentuk; 615 ilmuwan bodoh, 129 negara rakus, dan 31 tahun waktu kebohongan. Sebenarnya, kita tidak lebih ganas dari para harimau purba yang taring- taringnya tersimpan di museum kota. Hidup tanpa aturan seperti binatang lainnya!” seorang pria dengan kacamata menyambung pembicaraan.
“Kau tahu? Saat awal pembangunan kota, aku sudah melupakan penduduk bumi lainnya. Para penguasa dari 129 negara itu benar-benar sudah hilang akal. Mereka hanya bisa membayangkan sebuah kemajuan, kemudian berharap bahwa hal tersebut dapat direalisasikan dengan uang, uang dan uang.” lanjutnya.
“Kalian mungkin juga tahu, bahwa ratusan orang yang berhasil kita selamatkan hari ini; tidak lain adalah para keluarga dari kepala pemerintahan negara-negara bodoh itu. Bahkan, kita rela membuatkan kapsul palsu yang lebih banyak agar teman-teman kita sendiri yang memakainya.” wanita dengan jaket abu-abu di belakang masuk ke dalam pembicaraan.
“Aku mengetahuinya! Biarkan saja para kepala tanpa otak itu merasakan dunia hampa tanpa kekuasaan” tandas seseorang dengan layar digital berukuran satu milimeter di tangannya.
“Tidak kawan, kita saat ini sudah di penghujung bulan! Oh, maksudku di penghujung tahun; atau lebih tepatnya ini adalah penghujung masa.” wanita tadi membalas.
“Aku memantau badai ini dengan hitungan akurat, dan kita baru melewati tiga belas hari sejak alarm kota pertama dibunyikan. Artinya, ini baru awal Desember 2099, tepatnya di hari kedua. Apa semua orang telah sepakat untuk memulai hari dan tanggal baru?” seorang wanita lainnya bergabung ke dalam pembicaraan.
“Itu tepat sekali, kita memang akan mengakhiri tahun ini tanpa sisa hari di bulan Desember. Kita sepakat bahwa tahun ini hanya akan terhitung sedemikian dalam sejarah, kita hanya akan menikmati dua hari pada Desember tahun ini.” pria berkacamata menjelaskan.
“Karena peristiwa ini kelam? Jadi, kita akan melompati 29 hari yang tersisa? Dalam artian, kita akan langsung memulai hari esok dengan tanggal 1 Januari? 2100?” wanita kedua bertanya.
“Peristiwa ini memang sangat kelam, tapi bukan itu alasannya!” tegas pria pertama.
“Maksudnya?” wanita kedua kembali mengerutkan dahi.
“Ini Desember terakhir untuk aku, kalian, keluarga kita dan untuk ratusan manusia bodoh itu. Tak ada 3, 4 atau 5 Desember, begitu pun 1 Januari yang baru saja engkau sebutkan!” wanita pertama menyambung pembicaraan.
“Jangan membuat aku harus berpikir panjang, bung! Katakan apa yang sedang terjadi!” wanita kedua kembali menyanggah.
“Perhatikan lautan itu! Mungkin kita melihat warna biru membentang dan hampir menyatu dengan keindahan cakrawala. Tapi ingatlah rekaman dari bencana yang berhasil kita simpan dan baru saja kita saksikan. Jika diingat kembali, seharusnya area aman bawah tanah Folica dapat menahan 65% getaran gempa bumi dibanding apa yang dialami permukaan. Namun 65% total goncangan yang hilang itu masih dapat meluluh-lantahkan area bawah tanah sehingga kita perlu melempar masing-masing kapsul anti-bencana sejauh itu. Bisakah kau membayangkan bagaimana dahsyatnya gempa bumi di atas kota? atau untuk kota-kota lain yang bahkan sistem keamanannya belum se-sempurna Folica?” ia mengakhiri ucapannya dengan pertanyaan yang membuat semua orang menahan diri untuk bicara.
“Baik! Masuk akal dan terima kasih! Tapi kenapa ini harus menjadi Desember terakhir? bukankah esok hari masih ada?” wanita kedua kembali bertanya.
“Jika struktur area aman bawah tanah Kota Folica hancur, maka artinya sedalam itu juga lempeng bumi retak atau bahkan terbelah. Ini mengindikasikan sembilan area kedalaman dari ruas baja yang mungkin juga hancur. Pada area pertama saja yang paling dangkal, jutaan kubik minyak bumi yang telah bertahun-tahun tidak terpakai mungkin sudah tercampur rata dengan air laut. Maka, ledakan dahsyat sebenarnya belum dimulai sama-sekali, hanya menunggu gempa susulan saja yang nantinya akan melumat reruntuhan area bawah tanah Kota Folica, kemudian sedikit saja gesekan panas, ledakan itu akan terjadi.” jelas pria dengan layar tablet itu.
“Jika itu benar terjadi, apa ada hal buruk lainnya?” pria berkacamata bertanya penasaran.
“Hanya ada dua, pertama bumi akan benar-benar meledak; atau kedua, semua daratan akan terpanggang hangus dalam beberapa hari – bukan pekan, bukan tahun!” lanjutnya.
3 Desember 2099
Lempeng bumi bergetar, merekah ribuan kilometer sepanjang samudera.
Kehidupan berakhir.
Catatan
Karya ini ditulis dan didaftarkan pada Lomba Menulis Creative “Inovasi Teknologi Masa Depan” oleh Universitas AMIKOM Yogyakarta (amikom.ac.id)