Di tengah penindasan dalam bentuk genosida tergambarkan dengan jelas, masih ada orang-orang yang bersikap netral. Argumen mereka mungkin banyak, namun hari ini mari tanggapi beberapa di antaranya.
Bukan memaksa untuk menoleh ke kanan, tapi keadaan dan kenyataan tidak boleh ditutup-tutupi meski dengan intelektuali yang didewakan pada ketinggian.
Penulis: Moh. Syarif Saifa Abiedillah
Jika terus-terusan hanya bisa mengeluh perihal ini dan itu, mungkin jalan yang akan kita temui tetap akan buntu. Jika kemudian berharap banyak pada keajaiban dari kekuatan super hero semacam itu, mungkin harapan yang kita inginkan hanya berhenti pada sebuah imajinasi. Karena pada akhirnya, keajaiban yang mungkin kita nanti-nantikan atau kita harapkan itu ternyata adalah kita sendiri; sebagai mahasiswa, sebagai generasi hebat penerus dan pembaharu peradaban bangsa.
Rangkaian paragraf ini saya tulis setelah satu bulan usai dengan proses seleksi pada ajang Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023. Ada beberapa catatan di setiap ujung cerita pada bab bulan yang berbeda; barangkali catatan-catatan tersebut bermanfaat untuk sekedar diingat, sekedar dimengerti, atau sewajarnya disimpan sebagai bekal perjalanan kita di kemudian hari.
Beberapa orang, sebelumnya, telah secara tidak sadar sempat menenggelamkan asa sepak bola Indonesia dengan dalam. Mereka berasumsi bahwa mimpi untuk tampil di depan milyaran pasang mata pecinta sepak bola dunia harus dikorbankan demi tegaknya sebuah prinsip bangsa.
Namun, perjalanan Timnas Indonesia hari itu kemudian membuktikan bahwa hal tersebut adalah salah. Tidak ada mimpi yang bisa dikubur hidup-hidup, atau bahkan dibunuh seperti yang dilontarkan oleh kebanyakan orang.
Selamat untuk kembalinya medali yang telah pergi selama tiga dekade lebih. Tetap rendah hati, dan terus terbang dengan gagah di ketinggian sana.
Hari ini sebuah skema jahat yang mungkin luput dari perhatian dan kesadaran hadir dengan begitu eloknya. Bersuara tapi tidak terdengar, muncul tapi tidak terlihat, berjalan tapi tidak terawasi; sampai-sampai, skema apik ini kemudian dianggap biasa dan semua kalangan menikmatinya.
Henry Pierce mendapatkan telepon misterius berulang kali. Percakapan dari telepon-telepon terhadap nomor barunya tersebut senada dengan ujung pertanyaan yang persis sama; di mana Lilly Quindland?
Merasa risih, Henry kemudian mengambil langkah untuk mencari sang pemilik nomor telepon lamanya itu. Hanya saja, dalam waktu yang bersamaan, ia telah terjun ke dalam sebuah jurang masalah yang sangat dalam.
Saat ini, hampir 60% total populasi di dunia telah menjadi pengguna aktif sosial media. Angka besar tersebut kemudian membuat peluang terjadinya kejahatan digital semakin tinggi pula. Bagaimana melindungi akun digital dari ancaman cyber-crime ini?
Google Authenticator dengan bisa menjadi pintu keamanan lapis kedua setelah agar akun digital kita aman dari pembobolan dan kejahatan-kejahatan sejenisnya.