Update Status Dakwah bukan Bagian dari Kalimat ‘Sok Alim’

Gambar oleh Tracy Le Blanc dari Pexels

Faktanya, masa pandemi Covid-19 yang telah hadir saat ini membawa kita beberapa langkah lebih cepat menuju sistem sosial yang benar-benar digital. Virtual class atau meeting misalnya; hal ini mungkin kita anggap langka dan ‘agak sedikit aneh’ pada akhir tahun 2019 atau pada tahun-tahun sebelumnya. Namun siapa sangka, saat beberapa kasus muncul di Indonesia pada awal 2020, akhirnya kita ‘terpaksa’ menjalani kehidupan yang benar-benar virtual; hampir pada setiap sisi kehidupan, terutama di daerah yang memiliki angka kematian cukup tinggi dan berstatus zona merah akibat Covid-19.

Baca Juga | Tentang Doa untuk NKRI pada 17 Agustus 2021

Dampak positif atau negatif dengan hadirnya real virtual life ini kita kembalikan kepada kepentingan, situasi serta kondisi lingkungan masing-masing personal. Ada hal yang sangat mendasar di balik kehidupan virtual hari ini; bahwa kesempatan kita untuk menjadi pribadi yang lebih bermanfaat sebenarnya terbuka jauh lebih lebar. Dari 100% persentase tenaga yang kita keluarkan untuk beraktivitas, berapa peluang tangan kita untuk tidak menyentuh smartphone, laptop atau perangkat lainnya dengan koneksi internet? Semakin kecil persentase yang ada, maka berarti semakin besar kesempatan itu ada.

Hadits Keutaman Menyebar Kebaikan

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ (رواه مسلم)

Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).

Kesempatan itu adalah hal yang dalam hadits Nabi di atas. Ada keistimewaan tersendiri jika kita sadari dengan hidup di zaman yang serba virtual seperti saat ini; bahwa kesempatan untuk mendapat pahala menjadi lebih besar dengan menunjukkan sebuah arah atau jalan kebaikan melalui salah-satu fitur yang paling umum pada setiap platfon media sosial, yaitu share atau bagikan.

Perhatikan Salah-satu Dakwah Ustadz Adi Hidayat Berikut

Dalam salah-satu dakwahnya, Ustadz Adi Hidayat menyampaikan tentang hal ini berikut dengan hadits di atas. Beliau mengatakan, semisal jika ada seseorang yang update status tentang majelis ta’lim atau pengajian; kemudian dengan melihat status tersebut datanglah sepuluh orang untuk ikut, duduk dan mengikuti acara. Maka pahala bagi orang yang sebelumnya update status adalah sama halnya dengan jumlah pahala dari sepuluh orang yang datang ke majelis karena melihat status yang diupdate sebelumnya.

Pelihara Hati, Tetap Renungi Diri Sendiri

Hal yang sangat disayangkan adalah sikap kita ketika ada seseorang yang rajin update status dakwah, ajakan beribadah, kebaikan dan lain-lain semacamnya malah dianggap ‘sok alim’. Indikasi terang bahwa hati dan jiwa sedang kotor dan tertutup bisa jadi dengan prasangka seperti ini; menganggap sebuah kebaikan pada diri seseorang dengan sikap dan rasa dengki hati.

Pada dasarnya, kata ‘sok alim’ semestinya tidak patut untuk terbesit dalam hati apalagi sampai terucap dengan lisan. Sebagai seorang muslim dan muslimah, sudah menjadi suatu kewajiban untuk saling tolong-menolong; baik dalam urusan duniawi maupun urusan akhirat. Perlu diingat, bahwa ketika Iblis enggan bersujud kepada Nabi Adam dan diusir dari Surga Allah, Iblis turun ke dunia dengan sebuah janji untuk menghalang-halangi umat manusia dari jalan yang paling lurus; kemudian membawa umat manusia ke dalam kesesatan untuk memenuhi neraka.

Kisah diusirnya Iblis dari Surga termaktub dalam Al-Qur'an Surat Al-A'raf, ayat 11 - 18

Lalu, sikap dan rasa dengki hati terhadap orang-orang yang menyebarkan kebaikan lewat update status dakwah dengan mengatakan ‘sok alim’ ini bukankah bagian dari usaha menghalang-halangi jalan kebaikan? Alangkah buruknya jika dengan perkataan yang sampai terlontar, kemudian seseorang yang sudah mencoba menjadi baik akhirnya berhenti. Lantas, siapa diri kita sebenarnya jika demikian?

Bersyukurlah jika melihat salah-satu teman, keluarga atau orang yang bahkan tidak kita kenal selalu update status-status dakwah; ini artinya kita masih diberi nikmat hidup dan kesempatan untuk tetap berada pada lingkungan virtual yang baik. Bayangkan jika suatu hari kita lupa, dan tak seorangpun ada yang mengingatkan; bayangkan bagaimana jika suatu hari nanti, kita tak lagi menemukan tanda-tanda kebaikan pada setiap bolak-balik sisi kehidupan dunia ini. Na’udzubillah..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas
error: Tindakan copy-paste tidak diizinkan!