Beberapa hari yang lalu, berita duka yang amat begitu dalam datang dari Balikpapan, Kalimantan Timur. Sebuah truk tronton bermuatan kapur pembersih air (20 ton) hilang kendali dan menabrak setidaknya 20 kendaraan (roda 4 dan 2) di lampu merah Muara Rapak. Dalam peristiwa ini, 4 orang meninggal dunia dan 30 lainnya luka berat hingga ringan. (diolah dari berbagai sumber)
Jum’at hari itu (21/1/22) tak ada yang tahu pasti bahwa jalanan aspal yang belum sepenuhnya hangat tersentuh sinar sang mentari; akan menjadi saksi bisu atas meregangnya nyawa beberapa insan. Begitu pun dengan dedaunan yang melambai, semilir angin yang berembus, hingga langit dan bumi yang saling berhadapan tersenyum; juga tak tahu bahwa hari itu adalah takdir dari kematian yang telah digariskan – dulu, bahkan sebelum semesta tercipta.
Bahkan, 4 orang yang meninggal di tempat saat itu juga mungkin tak pernah berpikir bahwa hari itu adalah Jum’at terakhir untuk mereka. Pagi yang amat cerah; mereka mungkin telah meluruskan niat bahwa hari itu adalah kewajiban mereka untuk berjalan dan mencari nafkah. Ada beberapa yang mungkin berniat untuk hal ini dan itu, tapi tetap tak ada sangkaan tentang takdir kematian yang akan hadir. Mereka memakai helm, memasang sabuk pengaman, mematuhi peraturan lalu-lintas; tapi maut hadir begitu saja, pada tempat dan waktu yang tidak pernah disangka.
Semoga semua korban yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah, terampuni setiap dosa dan mendapat tempat mulia di sisi-Nya.
Mati itu Pasti –
Dahulu kala, ada seorang ahli ibadah (Syeikh Barshisha) yang selama 220 tahun hidupnya ia habiskan untuk beribadah kepada Allah SWT. Ia berbudi pekerti baik – sampai-sampai para malaikat yang menyaksikan ketaatannya berdecak kagum. Ia juga memiliki puluhan ribu murid yang dengan berkah ilmu darinya, para murid-murid tersebut sampai-sampai bisa berjalan (terbang) di angkasa. Namun pada akhir-akhir masa hidupnya, setan datang dengan wujud manusia dan berhasil menjerumuskannya; meneguk khamer, mabuk, berzina kemudian membunuh perempuan yang ia zinahi. Sebelum ajal benar-benar menjemput, setan datang kembali dengan wujud yang sama seperti sebelumnya dan memberikan petuah bahwa ia dapat terampuni asal mau sujud kepadanya. Sang ahli ibadah mulanya menolak karena ia hendak disalib dan tidak bisa bersujud dalam posisi itu. Namun, setan kembali menggoda agar ia mau bersujud dengan sebuah isyarat saja; sang ahli ibadah kemudian menurutinya dan mati. Ia pun menjadi penghuni kekal neraka Jahannam karena mati dalam keadaan murtad.
[] Baca selengkapnya di sini.
Pada zaman Rasulullah, seorang sahabat (Amru bin Tsabit) menolak untuk masuk Islam karena kaumnya. Kemudian pada pertempuran di medan perang Uhud, Amru tiba-tiba datang menyusul Rasulullah dan pasukan lain dengan menunggangi kuda – lengkap dengan pedang dan tombaknya. Saat pasukan muslim lain mengetahui kehadirannya, mereka pun menanyakan kenapa Amru datang dan ikut ke dalam pertempuran. Ia pun menjawab bahwa ia mencintai Islam dan telah beriman kepada Allah dan Rasulullah. Saat pertempuran usai, pasukan perang yang sedang mencari korban-korban syahid menemukan Amru terkapar dan sedang dalam keadaan terluka parah. Sebelum hembusan nafas terakhirnya, ia kembali mengatakan bahwa ia ikut pertempuran karena kecintaannya kepada Islam dan telah menjadi seorang muslim sebelum pertempuran pecah. Mendengar cerita ini, Rasulullah SAW. pun bersabda bahwa Amru bin Tsabit termasuk dari penghuni surga.
[] Baca selengkapnya di sini.
– Tempat dan Waktunya adalah Misteri
Peristiwa yang menimpa saudara-saudara pada kecelakaan maut di Balikpapan Jum’at lalu; kemudian dengan dua kisah tentang akhir hayat dari Syeikh Barshisa dan Amru bin Tsabit adalah lampu peringatan untuk hati dan jiwa.
Mati, adalah salah-satu dari tiga takdir selain jodoh dan rezeki yang telah ditentukan jauh sebelum kita lahir ke dunia. Rezeki sudah ada – tinggal bagaimana kita berusaha semaksimal mungkin dengan ikhtiyar dan doa untuk menjemputnya. Jodoh juga sudah menunggu – tinggal bagaimana kita menjaga diri dan hati sebaik mungkin untuk kemudian berjumpa. Mati pun sudah digariskan – tinggal bagaimana kita akan menutup kisah pada akhir ceritanya.
Semua harus ada persiapan; begitu pun dengan bekal amal ibadah untuk menuju kehidupan akhirat kelak. Berdoalah! Semoga hati ditetapkan pada agama Islam; dan khusnul khotimah menjadi penutup akhir perjalanan. Karena kita tidak pernah tahu; esok saat matahari terbit – kita masih bernafas atau sudah tinggal jasad.
Karena mati itu pasti, waktu dan tempatnya akan tetap menjadi misteri.