Setelah perkara besar terjadi, sebuah catatan memang harus segera dituliskan. Sebagai pengingat, sebagai pembelajaran, sebagai pesan untuk kebaikan; untuk siapa saja; nanti di masa yang akan datang.
Penulis: Moh. Syarif Saifa Abiedillah
Semakin tua usia dunia, semakin percaya para manusianya bahwa kekekalan adalah milik mereka sepenuhnya. Tak ada yang sadar hingga sang Baksara menunjukkan senyum amarahnya
Di tengah penindasan dalam bentuk genosida tergambarkan dengan jelas, masih ada orang-orang yang bersikap netral. Argumen mereka mungkin banyak, namun hari ini mari tanggapi beberapa di antaranya.
Bukan memaksa untuk menoleh ke kanan, tapi keadaan dan kenyataan tidak boleh ditutup-tutupi meski dengan intelektuali yang didewakan pada ketinggian.
Jika terus-terusan hanya bisa mengeluh perihal ini dan itu, mungkin jalan yang akan kita temui tetap akan buntu. Jika kemudian berharap banyak pada keajaiban dari kekuatan super hero semacam itu, mungkin harapan yang kita inginkan hanya berhenti pada sebuah imajinasi. Karena pada akhirnya, keajaiban yang mungkin kita nanti-nantikan atau kita harapkan itu ternyata adalah kita sendiri; sebagai mahasiswa, sebagai generasi hebat penerus dan pembaharu peradaban bangsa.
Rangkaian paragraf ini saya tulis setelah satu bulan usai dengan proses seleksi pada ajang Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023. Ada beberapa catatan di setiap ujung cerita pada bab bulan yang berbeda; barangkali catatan-catatan tersebut bermanfaat untuk sekedar diingat, sekedar dimengerti, atau sewajarnya disimpan sebagai bekal perjalanan kita di kemudian hari.
Beberapa orang, sebelumnya, telah secara tidak sadar sempat menenggelamkan asa sepak bola Indonesia dengan dalam. Mereka berasumsi bahwa mimpi untuk tampil di depan milyaran pasang mata pecinta sepak bola dunia harus dikorbankan demi tegaknya sebuah prinsip bangsa.
Namun, perjalanan Timnas Indonesia hari itu kemudian membuktikan bahwa hal tersebut adalah salah. Tidak ada mimpi yang bisa dikubur hidup-hidup, atau bahkan dibunuh seperti yang dilontarkan oleh kebanyakan orang.
Selamat untuk kembalinya medali yang telah pergi selama tiga dekade lebih. Tetap rendah hati, dan terus terbang dengan gagah di ketinggian sana.
Hari ini sebuah skema jahat yang mungkin luput dari perhatian dan kesadaran hadir dengan begitu eloknya. Bersuara tapi tidak terdengar, muncul tapi tidak terlihat, berjalan tapi tidak terawasi; sampai-sampai, skema apik ini kemudian dianggap biasa dan semua kalangan menikmatinya.