Presentasikan Proposal, Krida 3 Dapatkan Catatan Penting dari KKLP

Sumber: dokumentasi tim

Jum’at, 19 Juni 2023 kemarin menjadi hari penantian awal untuk semua finalis Duta Bahasa DKI Jakarta; termasuk Krida 3. Hari itu, setelah melalui ratusan jam dalam renung dan pikir, Krida 3 memantapkan diri untuk tampil di hadapan bapak-ibu Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Acara dimulai dengan pembukaan oleh kak Daffa Aqillah Sofiyan yang merupakan Terbaik I Duta Provinsi DKI Jakarta sekaligus Terbaik I Duta Bahasa Nasional tahun 2022.

Acara berikutnya berlanjut dengan penyampaian kata sambutan dari Ibu Kity Karenisa sebagai Koordinator Pembinaan Bahasa dan hukum. Beliau, selanjutnya, juga mengungkapkan rasa senang dan bangganya karena melihat adanya pembaharuan pada rancangan krida-krida tahun ini. Lebih jauh, beliau juga menyampaikan harapan bahwa adanya sesi presentasi proposal ini dapat menjadi awal yang baik untuk melanjutkan misi dari masing-masing krida.

Krida 3 mendapatkan nomor urut tiga dalam presentasi proposal (sesuai dengan urutan nomor kelompok) hari itu. Berada tepat di antara dua kelompok lain, Krida 3 memanfaatkan momentum tersebut untuk menggali sebanyak-banyaknya informasi dan acuan perbaikan dari beberapa tanggapan KKLP masing-masing bidang.

Pada presentasi kali ini, Krida 3 (begitupun dengan krida lain) mendapatkan waktu maksimal 10 menit untuk menyampaikan gagasan mereka. Selanjutnya, masing-masing pengamat yang merupakan staf Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa memberikan tanggapan berupa saran, masukan, atau pertanyaan berdurasi sama. Setelah berjuang bersama dalam irama penyampaian visual-verbal, akhirnya Krida 3 berhasil menuntaskan sesi presentasi beberapa detik tepat sebelum waktu habis. Rasa lega, senang, dan bangga kemudian nampak terulas pada masing-masing wajah keenam finalis tersebut.

Sebuah Catatan dari KKLP UKBI

Sumber: dokumentasi tim

Selanjutnya, Ibu Nur Azizah selaku staf KKLP UKBI menyampaikan beberapa poin penting untuk keberlanjutan krida ini. Ibu Nur Azizah menyampaikan urgensi pengadaan permainan ular tangga yang sebetulnya tidak begitu perlu. Hal tersebut beliau sampaikan berdasarkan fokus dari jalannya krida ini akan lebih maksimal jika berpusat pada pengembangan soal saja. Apalagi nantinya muncul peluang sebagai nilai plus jika uji coba UKBI berhasil terlaksana.

“Saya rasa dengan hanya berfokus pada pengembangan soal dan uji coba UKBI dengan inovasi baru itu saja sudah sangat bagus. Jangan lupa untuk memastikan bahwa krida yang akan kalian laksanakan ini sudah realistis!” tutur ibu Nur Azizah di sela-sela penyampaian masukannya.

Di samping itu, Ibu Nur Azizah juga mengusulkan pengadaan soal berbasis Sistem Isyarat Bahasa Indonesia atau SIBI. Beliau menuturkan bahwa model soal seperti tersebut dapat menjadi pengganti seksi mendengarkan. Meski pada dasarnya hal tersebut tidak terdapat dalam model saat ini, namun pengadaan soal yang demikian akan sangat memberikan efek berkelanjutan terhadap pengembangan UKBI. Sebelumnya, beliau juga menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif Krida 3 dalam mengangkat tema urgensi UKBI untuk teman-teman difabel ini. Apalgi, kenyataannya Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sendiri juga belum maksimal dalam hal demikian.

Sumber: dokumentasi tim

Pasca berakhirnya rangkaian acara, Krida 3 kemudian mengadakan sesi evaluasi singkat bersama kedua pamong mereka. Beberapa catatan seperti cara penyampaian, pemberian jawaban, serta lain-lain menjadi topik utama pada sesi evaluasi virtual yang berlangsung selama kurang-lebih 45 menit ini.


(*) Ikuti terus perjalanan Krida 3 dalam menuntaskan setiap misi melalui live-delay berita di halaman web ini. Dokumentasi foto, pengenalan program, kegiatan, dan lain-lain juga bisa ditemukan pada akun Instagram resmi Krida 3 di @uudbahasa. Klik di sini untuk mengikuti!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas
error: Tindakan copy-paste tidak diizinkan!