Banyak yang tak Sadar, Perhatikan Kesalahan Umum dalam Penggunaan bahasa Indonesia Berikut! (Bagian II)

Pada bagian pertama, persoalan tentang mana kata ‘di’ yang dipisah dan mana kata ‘di’ yang digabung dengan kata yang mengikutinya (dibeli, di mana) telah tuntas dibahas. Selain itu, penulisan tingkatan angka pada kalimat yang benar (seperti HUT ke-79 RI [bukan HUT RI yang ke-79]) serta beberapa kata yang lumrah dipakai tetapi sebetulnya tidak baku juga sudah jelas dipaparkan. Artikel tersebut diharapkan bisa menjadi perhatian para pembaca yang budiman untuk terus dipelajari, diingat, dan diaplikasikan dalam penggunaan bahasa Indonesia pada ragam kegiatan sehari-hari.

Guna memperluas pengetahuan dan mempersempit kesempatan melakukan kesalahan yang berulang-ulang, maka pada bagian kedua ini, terdapat dua kesalahan umum yang akan dibahas serta satu poin pembahasan khusus tentang pengutamaan bahasa Indonesia daripada bahasa asing. Semoga bermanfaat dan selamat membaca!

1. Boleh ‘namun’, tetapi jangan ‘tapi’

Tahukah kamu bahwa kata ‘tapi’ itu tidak baku? Merujuk pada KBBI VI, kata ‘tapi’ merupakan bentuk tidak baku dari kata sambung (konjungsi) ‘tetapi’. Karenanya, penggunaan kata ‘tapi’ dalam penulisan formal bahasa Indonesia seperti pada artikel, berita, esai, dan lain sebagainya tidak dibenarkan. Namun, hal lain yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan ‘tetapi’ daripada ‘tapi’ adalah perbedaannya dengan kata konjungsi serupa; ‘namun’.

Secara kaidah kebahasaan, ‘tetapi’ merupakan konjungsi intrakalimat, sementara ‘namun’ merupakan konjungsi antarkalimat. Konjungsi intrakalimat adalah kata hubung yang berfungsi untuk menghubungkan dua kata, dua frasa, dan dua klausa atau lebih dalam sebuah kalimat. Kemudian, konjungsi antarkalimat adalah kata hubung yang berfungsi untuk menghubungkan suatu kalimat dengan kalimat lainnya. Dari definisi tersebut, maka tata penulisannya pun akan berbeda.

Konjungsi intrakalimat seperti ‘padahal’, ‘melainkan’, ‘yaitu’, ‘seperti’, ‘yakni’, ‘sedangkan’, ‘tetapi, ‘kecuali’ dan sejenisnya harus didahului oleh tanda koma (,) pada akhir klausa pertama yang dihubungkan dengan klausa kedua. Ada juga konjungsi intrakalimat yang tidak perlu didahului oleh tanda koma, seperti ‘dan’, ‘bahwa’, ‘sebab’, ‘ketika’, ‘supaya’, ‘lalu’, ‘karena’, dan lainnya.

Contoh SalahContoh Benar
Mereka pergi ke pasar, tapi tidak membeli apapun.Mereka pergi ke pasar, tetapi tidak membeli apapun.
Saya ingin menyelesaikan tugas tersebut, tapi gawai masih dalam keadaan mati.Saya ingin menyelesaikan tugas tersebut, tetapi gawai masih dalam keadaan mati.

Karena ‘namun’ adalah konjungsi antarkalimat, maka penulisannya harus disesuaikan dengan posisinya sebagai penyambung antara dua kalimat. Pada poin ini, ‘namun’ akan selalu berada di awal kalimat dan diikuti oleh tanda koma. Selanjutnya, konjungsi ‘namun’ memiliki kedudukan yang sama dengan konjungsi ‘akan tetapi’ (bukan ‘tetapi’).

Contoh SalahContoh Benar
Mereka pergi ke pasar namun tidak membeli apapun.Mereka pergi ke pasar, tetapi tidak membeli apapun.
Saya ingin menyelesaikan tugas tersebut tepat waktu. Tetapi, gawai yang saya gunakan tidak berfungsi dengan baik.Saya ingin menyelesaikan tugas tersebut tepat waktu. Namun, gawai yang saya gunakan tidak berfungsi dengan baik.
Saya ingin menyelesaikan tugas tersebut tepat waktu. Tetapi, gawai yang saya gunakan tidak berfungsi dengan baik.Saya ingin menyelesaikan tugas tersebut tepat waktu. Akan tetapi, gawai yang saya gunakan tidak berfungsi dengan baik.

2. Satu atau 1, dua atau 2, tiga atau 3, sejuta atau 1.000.000? Bagaimana cara menuliskan bilangan dalam kalimat?

Penyebutan bilangan dalam tulisan acapkali mengalami kesalahan. Apakah bilangan tersebut ditulis langsung menggunakan ejaan katanya atau cukup dituliskan menggunakan simbol angkanya. Saya membeli dua buah buku atau saya membeli 2 buah buku? Mana penulisan yang tepat?

Dalam aturan yang berlaku, bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan tersebut mewakilkan ukuran (berat, panjang, waktu, dan sebagainya) atau nilai (persentase, mata uang, dan sebagainya). Maka, contoh sebelumnya yang tepat adalah, “saya membeli dua buah buku”. Jika dilanjutkan, contohnya dapat berkembang menjadi, “saya membeli dua buah buku setebal 5 sentimeter dengan diskon 8 persen untuk masing-masing buku.”

Contoh SalahContoh Benar
Mereka membeli 9 jenis makanan yang berbeda.Mereka membeli sembilan jenis makanan yang berbeda.
Kamu akan menjumpai dua puluh tiga tantangan berupa soal matematika.Kamu akan menjumpai 23 tantangan berupa soal matematika.

Pengecualian berikutnya terjadi ketika bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu kata tersebut menempati posisi perincian.

Contoh SalahContoh Benar
Negaranya berhasil membawa pulang 40 medali emas, 30 medali perak, serta tujuh medali perunggu.Negaranya berhasil membawa pulang 40 medali emas, 30 medali perak, serta 7 medali perunggu.

Hal serupa berlaku jika bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu kata tadi berdiri sebagai bagian dari alamat seperti nomor jalan (Jl. Desa Rimba No. 8), karangan seperti undang-undang (Pasal 2), atau kita suci seperti Al-Quran (Surah Al-‘Asr [103]: 1). Selanjutnya, angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis langsung dengan huruf guna memudahkan dalam proses membaca, seperti 500 ribu tentara, 67 triliun rupiah, 40 ribu korban meninggal dunia, dan sebagainya.

3. Cinta dan bangga menjadi warga negara? Utamakan penggunaan bahasa Indonesia-nya!

Mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia daripada bahasa asing adalah langkah konkrit yang bisa dilakukan oleh semua orang guna meninggikan martabat bahasa negara. Hal ini tertuang melalui amanat Undang-Undang nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan yang telah mengatur bagaimana bahasa negara harus diutamakan. Hal-hal kecil seperti penamaan bangunan, fasilitas publik, hingga penulisan dan pengucapan kata-kata harian yang bisa dimulai dari diri sendiri harus terus dilatih dan dibiasakan. Berikut beberapa istilah asing yang sebetulnya sudah memiliki padanan istilahnya masing-masing.

Istilah AsingPadanan Istilah
microphonepelantang
linktautan
slidesalindia
selfieswafoto
onlinedaring
offlineluring
broadcastsiaran
listsenarai

Sekali lagi, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan tanggungjawab bersama. Cita-cita Indonesia untuk menjadi negara maju tentu juga harus dibarengi dengan kecintaan masyarakatnya terhadap bahasa Indonesia. Alih-alih mengesampingkan hal-hal sepele, kita seharusnya sadar secara penuh bahwa misi perwajahan bangsa Indonesia di mata dunia adalah tugas bersama. Jadi, mari, utamakan bahasa Indonesia dan tinggikan martabat bangsa di mata dunia!

Sampai jumpa di bagian-bagian selanjutnya!


Daftar rujukan: EYD V, KBBI VI, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud RI, Balai Bahasa Kalimantan Selatan, , Kemenkeu Learning Center

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas
error: Tindakan copy-paste tidak diizinkan!