Kolaboratif! Krida 3 Laksanakan Tiga Kali Siaran Langsung bersama Mitra Kerja

Setelah sukses menuntaskan tahap pertama pelaksanaan program di SLB Negeri 5 Jakarta, pada minggu pertama di bulan Juni ini Krida 3 juga melaksanakan program kolaboratif bersama beberapa mitra kerja. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, serta Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala adalah mitra kerja yang berhasil mereka gandeng. Selain melibatkan ketiga mitra kerja tersebut, Krida 3 juga menghadirkan Daffa Aqilah Sofyan, Terbaik I Duta Bahasa Nasional 2022 sebagai salah satu narasumber dalam rangkaian acaranya.

Tiga Episode BISIK Krida 3

BISIK (Bincang Asyik) Krida 3 merupakan program pendukung berupa siaran langsung Instagram yang mengangkat tiga tema berbeda. Program yang menghadirkan empat narasumber dengan latar-belakang yang berbeda-beda ini terlaksana secara runtut pada 5, 7, dan 9 Juni 2023 lalu. Akumulasi peserta yang hadir dari ketiga sesi bincang daring ini mencapai 1.100 peserta.

Episode I

Saksikan tayangan ulang siaran langsung “BISIK Krida 3” episode I hanya di Instagram @uudbahasa

BISIK Krida 3 Episode 1 mengangkat tema “Selayang Pandang UKBI: Cinta Bahasa Indonesia Sepenuh Hati”. Siaran langsung yang menghadirkan Terbaik I Duta Bahasa Nasional tahun 2022 tersebut berlangsung sejak pukul 20.30 hingga 21. 30 WIB pada Senin, 5 Juni 2023 yang lalu. Acara berjalan interaktif dengan sistem tanya-jawab tentang beragam isu atau persoalan yang diangkat. Pengertian, dasar pengadaan, seksi soal, kriteria peserta, skor, hingga tata-cara untuk mengikuti tes menjadi pokok poin pembahasan utama.

Akhir April 2023 yang lalu, Krida 3 sempat melaksanakan jajak pendapat melalui masing-masing akun Instagram anggotanya. Jajak pendapat tersebut memiliki tendensi utama mengenai penyebaran informasi terkait UKBI. Dari akumulasi hasil akhir, hampir 80% peserta jajak pendapat belum mengetahui apa itu UKBI. Bahkan, persentase angka untuk peserta yang belum sama-sekali mengikuti UKBI lebih besar adanya. Menanggapi hal ini, Krida 3 kemudian memutuskan untuk mengadakan program tambahan guna menjawab problematika tersebut menggunakan media serupa (Instagram). Hal ini bertujuan agar para peserta yang bergabung nantinya memiliki kriteria identik dengan peserta yang mengikuti sesi jajak pendapat sebelumnya.

Daffa Aqila Sofyan, narasumber pada episode kali ini menyampaikan bahwa UKBI merupakan identitas dari besarnya bahasa Indonesia. UKBI dengan segala bentuk sistemnya yang sudah ada saat ini, katanya, memang belum bisa dikatakan sempurna. Namun ia menambahkan, bahwa dengan sistem yang ada, UKBI sudah memiliki arah yang jelas. Daffa juga menyampaikan bahwa UKBI akan menjadi jawaban dari persoalan tentang apakah orang Indonesia itu sendiri sudah bisa berbahasa Indonesia yang baik atau belum.

“Adanya urgensi untuk menjaga kualitas bahasa Indonesia sebagai bahasa yang besar ini kiranya memerlukan sebuah media yang dapat mengukur kemampuan berbahasa seseorang. Kemudian kita menggunakan UKBI sebagai media tolak ukur tersebut. UKBI ini nantinya juga bisa menjadi jawaban dari pertanyaan di awal tadi; apakah orang Indonesia sudah pasti bisa berbahasa Indonesia atau belum?” jelasnya pada awal sesi penyampaian materi.

Episode II

Saksikan tayangan ulang siaran langsung “BISIK Krida 3” episode II hanya di Instagram @uudbahasa

BISIK Krida 3 berlanjut menuju episode kedua pada Rabu, 7 Juni 2023. Kali ini, Krida 3 menggandeng dua mitra kerja sekaligus sebagai narasumber. Keduanya adalah perwakilan dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala. Acara yang berlangsung pada pukul 14.00 hingga 15.00 WIB ini mengangkat tema “Suara Difabel: Advokasi Hak atas Informasi dan Pendidikan Ramah Difabel”. Setidaknya terdapat dua tujuan utama yang hendak Krida 3 raih dari episode kali ini. Pertama, Krida 3 ingin memberikan sumbangsih berupa edukasi terhadap masyarakat tentang peningkatan kepedulian terhadap teman-teman difabel dalam lingkungan mereka. Kedua, Krida 3 ingin mengenal lebih jauh sinergi program yang telah dan hendak dilaksanakan oleh KemePPPA RI dan Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala; terutama dalam usahanya untuk memenuhi hak informasi dan pendidikan untuk teman-teman difabel.

Kedua tujuan utama tersebut hadir setelah adanya kesadaran tentang munculnya ‘ableisme’ di pelbagai lapisan masyarakat tanah air. Ableisme (ableism) atau abelisme adalah prasangka atau perlakuan diskriminatif terhadap teman-teman difabel (Salim et al., 2022). Salah satu bentuk ableisme yang marak muncul di tengah masyarakat adalah penempatan stigma negatif akan keberadaan teman-teman difabel yang memiliki pelbagai keistimewaan. Hal ini, lebih jauh lagi, akan menggiring opini publik bahwa adanya ketidakmampuan yang mereka miliki akan membatasi gerak dan langkah mereka untuk berkarir di masa depan. Padahal, sejatinya teman-teman difabel hanya membutuhkan adanya sebuah ‘kesempatan’.

Menurut Ibu Devi Ayu Rizky selaku narasumber dari KemenPPPA RI, hak teman-teman difabel untuk mendapatkan informasi dan akses ke pelbagai layanan adalah mutlak adanya. Hal ini juga telah mereka (KemenPPPA RI) wujudkan melalui beberapa program berkelanjutan yang melibatkan teman-teman difabel secara langsung.

“Mendapatkan informasi yang layak juga menjadi bagian dari hak teman-teman difabel. Untuk itu, KemenPPPA RI mewujudkannya melalui beberapa program seperti Pusat Informasi Sahabat Anak atau PISA. Selain itu, kami juga melibatkan teman-teman difabel dalam kepengurusan forum anak nasional di setiap periodenya.” jelasnya secara singkat.

Sementara itu, Bapak Dwiharjo Sutarto selaku narasumber dari Yayasan Dwituna Rawinala berpendapat bahwa eksistensi survey minat bakat terhadap teman-teman difabel harus benar-benar ada. Menurutnya, pendidikan yang ramah bagi teman-teman difabel harus bisa mengakomodasi kelebihan atau kekurangan yang mereka miliki.

“Pendidikan yang ramah bagi teman-teman difabel adalah pendidikan yang dapat mengakomodasi kelebihan dan kekurangan mereka melalui survey minat bakat sebagai bekal pengembangan metode pengajaran efektif.” jelas beliau di sela-sela penyampaian materinya.

Episode III

Saksikan tayangan ulang siaran langsung “BISIK Krida 3” episode III hanya di Instagram @uudbahasa

BISIK Krida 3 memasuki episode terakhir pada Jumat, 9 Juni 2023. Mitra kerja terakhir yang berhasil Krida 3 gandeng kali ini adalah Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Tak jauh berbeda dengan episode kedua sebelumnya, episode kali ini juga mengangkat tema besar yang berkaitan dengan pemberdayaan teman-teman difabel. Siaran langsung Instagram pada episode terakhir ini berlangsung sejak pukul 14.00 hingga 15.00 WIB. Pada episode ketiga ini, Krida 3 mengangkat tema “Menguatkan Diri, Mewujudkan Impian: Program Pemberdayaan Difabel”. Acara yang juga disiarkan secara langsung di Instagram Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta tersebut menghadirkan Ibu Premi Lasari (Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta) sebagai narasumber.

Setidaknya, terdapat empat poin pokok pembahasan yang menjadi sorotan dalam siaran langsung kali ini. Pertama, program pemberdayaan difabel di wilayah administrasi DKI Jakarta. Kedua, tantangan dan peluang dalam pelaksanaan program pemberdayaan tersebut. Ketiga, kegiatan kolaboratif Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang telah, sedang, atau akan dilaksanakan. Serta yang terakhir adalah peran, tugas, serta fungsi Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam segenap usahanya untuk mewujudkan akses informasi, pendidikan, serta kesempatan yang sama untuk teman-teman difabel.

Salah satu peserta siaran langsung saat itu menanyakan apakah ada program khusus dari Dinas Sosial yang menyasar isu-isu kebahasaan, kesastraan, atau literasi dan melibatkan teman-teman difabel. Ibu Premi Lasari kemudian memberikan jawaban bahwa saat ini, Dinas Sosial bersama pemerintah provinsi telah memberlakukan Peraturan Daerah (PERDA) Prov. DKI Jakarta No. 4 Tahun 2022 tentang Pelaksanaan Penghormatan, Pelindungan, Dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas. Selanjutnya, beliau juga memaparkan bahwa pada pelaksanaan acara yang melibatkan pemerintah provinsi, JBI atau Juru Bahasa Isyarat harus selalu ada di belakang para pembicara.

“Kalau ada acara di DKI Jakarta itu, ada orang di belakang yang berpakaian hitam-hitam, kemudian dia memakai bahasa isyarat. Ini adalah salah satu sosialisasi Pemprov DK Jakarta terhadap program-program pemerintah yang harus sampai pada semua pihak. Termasuk para penyandang disabilitas yang ada” jelas Ibu Premi Lasari secara singkat.

Pertanyaan tersebut menjadi pertanyaan terakhir pada episode terakhir BISIK Krida 3 ini. Melalui siaran langsung Instagram yang telah terlaksana selama tiga hari tersebut, Krida 3 berharap bahwa kesenjangan sosial di pelbagai lapisan masyarakat tidak lagi ada; terutama untuk teman-teman difabel. Hak akses terhadap informasi, pendidikan, layanan publik, karir, dan lain sebagainya untuk teman-teman difabel ini sudah selayaknya bersifat mutlak tanpa adanya pembeda. Melalui pembahasan dengan ragam topik yang ada tersebut, Krida 3 juga mengharapkan bahwa UKBI Adaptif Merdeka akan segera menjangkau teman-teman difabel.


(*) Ikuti terus perjalanan Krida 3 dalam menuntaskan setiap misi melalui live-delay berita di halaman web ini. Dokumentasi foto, pengenalan program, kegiatan, dan lain-lain juga bisa ditemukan pada akun Instagram resmi Krida 3 di @uudbahasa. Klik di sini untuk mengikuti!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas
error: Tindakan copy-paste tidak diizinkan!