Peringati 40 Tahun FEUI84, KSE UIN Jakarta Ikut Serta dalam Gebyar Tanam 4000+1000 Pohon se-Nusantara

Ciputat, Tangerang Selatan — Kebersamaan Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1984 kembali melahirkan kegiatan monumental. Setelah pada dua minggu sebelumnya (3/8) berhasil melaksanakan penanaman 400 lubang biopori di daerah Serpong, Tangerang Selatan, kini aksi serupa juga berhasil dilaksanakan secara serentak di 40 titik berbeda di Indonesia. Kegiatan yang bertajuk penanaman 4000+1000 bibit pohon ini digelar serentak pada Sabtu, 15 September 2024 dan berlokasi di 40 titik se-Indonesia. Kick Off dimulai dan dipimpin oleh Yayasan Alumni Ekonomi Salemba (YAES) 84 bersama Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) di Bali, Indonesia.

Salah-satu titik yang menjadi lokasi aksi nyata untuk bumi ini adalah Tugu Situ Gintung, Cireundeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Pelaksanaan Gebyar Tanam 4000+1000 Pohon di lokasi ini dikomandoi langsung oleh Paguyuban Penerima Beasiswa Karya Salemba Empat chapter UIN Jakarta. Paguyuban KSE UIN Jakarta, begitu nama organisasi ekstra-independen kampus ini dikenal, merupakan salah-satu paguyuban resmi yang berada di bawah naungan Beasiswa KSE. Berdiri sejak tahun 2015 silam, kini, KSE UIN Jakarta sudah menjadi rumah bagi penerima Beasiswa KSE hingga generasi kesepuluh. Pada agenda kali ini, penerima Beasiswa KSE yang baru secara resmi diumumkan pada awal Agustus lalu turut serta menjadi bagian dari gerakan tanam pohon ini.

Beswan baru KSE UIN Jakarta yang resmi diumumkan pada Juli lalu juga ikut serta dalam kegiatan ini sebagai program Beasiswa KSE perdana yang mereka ikuti.

Meski kick off pelaksanaan Gebyar Tanam 4000+1000 Pohon masih akan dilaksanakan pada pukul 14:00 WIB, tetapi para beswan KSE UIN Jakarta telah berkumpul sejak pukul 09:00 pagi. Acara dimulai dengan agenda pengumuman sekaligus penetapan departemen-departemen pilihan untuk beswan KSE tahun 2024. Pada interval waktu sampai pukul 13:00 WIB tersebut, acara diisi dengan perkenalan masing-masing anggota sekaligus pengurus baru KSE UIN Jakarta periode 2024—2025, acara keakraban, hingga sesi permainan. Tepat pada pukul 13:30 WIB, seluruh peserta Gebyar Tanam 4000+1000 Pohon berkumpul di area samping Tugu Situ Gintung untuk mengikuti pembekalan mandiri tentang tata cara penanaman pohon.

Penyampaian materi tentang lingkungan dan pohon oleh ibu Dian (Dosen Biologi UIN Jakarta dan perwakilan SDGs UIN Jakarta) ditemani oleh perwakilan dari komunitas GENTA dan HMPS Agribisnis UIN Jakarta

Sebagai bentuk kolaborasi, KSE UIN Jakarta turut mengundang tamu dari berbagai kalangan; seperti Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Agribisnis UIN Jakarta, Generasi Cita Tani (GENTA), Pokdarwis Biscovia, dan pengelola lingkungan (Waduk Situ Gintung) setempat. Ibu Dian selaku dosen pengisi materi dari jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta yang juga mewakili dari Tim SDGs UIN Jakarta menyampaikan kesan baiknya atas inisiasi aktivitas lingkungan ini. Menurutnya, kegiatan yang dilakukan mahasiswa/i yang tergabung dalam penerima Beasiswa KSE ini adalah bukti bahwa masih ada generasi muda yang mau peduli terhadap lingkungan, utamanya dengan menanam pohon untuk masa depan. Dalam sesi wawancara yang dilakukan oleh reporter Haloparagraf, Ibu Dian juga berharap bahwa kegiatan ini akan menjadi inspirasi bagi masyarakat sekitar untuk mencintai lingkungannya.

“Keren banget, ya, acara hari ini. Acara yang dilakukan oleh para mahasiswa ini tentu adalah bukti bahwa mahasiswa atau generasi muda ini mencintai bumi—mencintai lingkungan sekitar. Ini juga diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi kelompok masyarakat sekitar yang ikut menonton acara pada hari ini.” jelasnya.

Potret kegiatan penanaman pohon tabebuya oleh beswan KSE UIN Jakarta (1/3)

Sementara itu, Dinda Auliya, staf Departemen Pengabdian Masyarakat HMPS Agribisnis UIN Jakarta yang juga mewakili Generasi Cita Tani (GENTA) menyampaikan apresiasinya terhadap program ini. Menurutnya, kegiatan penanaman pohon yang dilaksanakan di 40 titik se-Indonesia cukup menarik, sebab sangat jarang ada yang memiliki inisiatif untuk menanam pohon; khususnya pohon tabebuya. Dinda berharap bahwa kegiatan seperti ini tidak hanya berhenti di tahun ini saja. Ia berpendapat bahwa acara yang dilaksanakan oleh KSE UIN Jakarta serta seluruh paguyuban Beasiswa KSE se-nusantara pada hari itu harus tetap dan terus dilaksanakan secara berkala. Dalam sesi wawancara tersebut, Dinda juga berharap bahwa kegiatan positif seperti ini dapat dilaksanakan dengan mengikut-sertakan mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai himpunan, komunitas, atau organisasi lainnya.

“Semoga kegiatan ini nggak cuman stop di tahun ini; mungkin bisa di tahun-tahun berikutnya karena acara ini sangat positif, ya. Semoga mahasiswa lain juga ikut berpartisipasi juga; artinya nggak cuman dari KSE saja, mungkin mahasiswa-mahasiswa di luar KSE atau mahasiswa-mahasiswa di universitas lain juga.” jawabnya singkat.

Setelah menerima materi dan melaksanakan diskusi kecil yang disertai dengan praktik penanaman pohon tabebuya oleh ibu Dian dan tim GENTA, para beswan KSE UIN Jakarta kemudian dibagi ke dalam tiga kelompok berbeda. Masing-masing kelompok diberikan 6-8 bibit pohon tabebuya untuk kemudian ditanam di titik-titik koordinat yang telah ditentukan. Acara penanaman pohon tabebuya ini dilaksanakan (serentak bersamaan dengan 34 paguyuban KSE di 39 titik pelaksanaan lainnya se-Indonesia) tepat setelah kick off resmi dimulai melalui siaran langsung di kanal YouTube Beasiswa KSE dan Zoom Meeting. Meski panas saat itu cukup menyengat, tetapi semangat beswan KSE UIN Jakarta bersama pihak-pihak kolaborator terlihat membara dengan tuntasnya penanaman total 25 bibit pohon tabebuya di sekitar lokasi Situ Gintung.

Potret kegiatan penanaman pohon tabebuya oleh beswan KSE UIN Jakarta (2/3)

Sementara menunggu proses penanaman bibit pohon tuntas, tim Haloparagraf mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai langsung perwakilan dari pengelola kawasan Situ Gintung, pak Tomi Rukmantara, selaku operator Bendungan Gintung. Dalam sesi wawancara singkatnya, pak Tomi menyampaikan sedikit pendapat mengenai rangkaian acara yang sudah berjalan sejak pagi hari itu. Menurutnya, sebab isu yang akan dihadapi oleh manusia ke depannya adalah isu tentang lingkungan, terutama air, maka selayaknya seluruh elemen masyarakat secara bersama-sama harus bertanggung jawab untuk setidaknya membuat lingkungan yang menjadi tempat huni hari ini layak untuk ditinggali—juga untuk generasi-generasi yang akan datang.

“Jadi kesannya, ternyata masih ada teman-teman mahasiswa atau teman-teman muda yang peduli terhadap lingkungan sekitar. Karena memang isu ke depan itu tentang lingkungan; atau ke depannya menyusul juga tentang air, ya. Karena itu yang menjadi concern bagi kita semua gimana lingkungan saat ini, tuh, minimal layak lah untuk generasi ke depan.” jelasnya.

Potret kegiatan penanaman pohon tabebuya oleh beswan KSE UIN Jakarta (3/3)

Pada sesi akhir wawancara, pak Tomi juga berpesan agar program ini tidak hanya cukup sebagai kegiatan seremonial saja. Menurutnya, harus ada tindak lanjut yang terstruktur guna memastikan niat baik untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sukses hingga tuntas.

“Lebih diintensifkan, ya. Jadi nggak sekadar seremonial, tapi memang ada program-program tindak-lanjutan, khususnya yang berkenaan dengan masyarakat. Karena memang ini PR banget, ya, bagi mahasiswa yang mempunyai awareness lebih luas tapi kalau value nya tidak ter-deliver ke masyarakat luas juga percuma.”

Gebyar Penanaman 4000+1000 Pohon se-Nusantara yang dilaksanakan di Tugu Situ Gintung tuntas sekitar pukul empat sore. Kegiatan ditutup dengan foto bersama seluruh beswan KSE UIN Jakarta, para panitia, serta tim kolaborator yang terlibat. Operasi semut kemudian menjadi tanda berakhirnya kegiatan bakti lingkungan ini. (s/15)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas
error: Tindakan copy-paste tidak diizinkan!