Setelah memahami beberapa kesalahan dasar yang biasa terjadi, besar harapan kualitas pemahaman kita terhadap bahasa Indonesia dengan serangkai aturan-penggunaannya dapat menjadi lebih baik. Pada bagian pertama, mana kata ‘di’ yang dipisah atau digabung dengan kata yang mengikutinya sudah tuntas dibahas. Pada bagian kedua, penggunaan kata konjungsi ‘namun’ dan ‘tetapi’ (bukan ‘tapi) juga sudah dijelaskan dengan seksama. Pembahasan tentang tata-aturan penulisan angka dengan atau tanpa abjad—beserta aturan pemakaiannya—pun sudah selesai di kedua bagian tersebut. Jika merasa tertinggal beberapa penjelasan materi di atas, cukup klik tulisan berwarna jingga dalam paragraf ini, maka sistem akan membawa Anda secara otomatis ke laman-laman tersebut.
Selanjutnya, untuk menambah wawasan tentang tata-aturan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, mari, simak tulisan ini hingga selesai. Pada bagian ketiga, terdapat dua kesalahan umum yang acapkali tidak disadari oleh penutur jati dari bahasa Indonesia itu sendiri. Selanjutnya, terdapat sebuah poin tambahan tentang beberapa kata dalam bahasa Indonesia yang sering mengalami salah eja. Selamat membaca dan semoga bermanfaat!
1. Dua tanda baca ini (- dan —) tidak sama
Tanda hubung (-) dan tanda pisah (—) adalah dua tanda baca berbeda yang memiliki fungsi yang berbeda pula. Karenanya, keduanya juga memiliki aturan penggunaan yang berbeda. Tanda hubung (-) digunakan untuk
- menggabungkan dua kata yang memiliki sifat atau unsur berulang (hati-hati, jalan-jalan);
- menyatakan tanggal, bulan, serta tahun dalam format angka (13-11-2024, 17-8-1945);
- memperjelas hubungan dari bagian kata atau ungkapan (meng-urus [merawat], me-ngurus [menjadi kurus]);
- merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing (mem-back up [membantu dalam bahasa Inggris]); dan
- menandai dua unsur yang saling terkait satu-sama lain (suami-istri, Soekarno-Hatta); serta
- lainnya dalam penjelasan lengkap pada EYD oleh Kemdikbudristek RI; klik di sini untuk membaca.
Dari lima fungsi di atas, mungkin beberapa orang bertanya tentang penulisan yang sudah umum pada surat undangan digital atau siaran dari aplikasi pesan digital seperti WhatsApp dan sejenisnya. Umumnya, saat hendak menyatakan interval waktu dari berlangsungnya suatu acara, kita menulis ‘acara akan dimulai pada pukul 08.00 WIB – selesai’. Kalimat seperti ini, meski sudah lumrah, ternyata tidak tepat sama-sekali.
Nah, untuk menyatakan interval waktu atau dua bilangan yang mengindikasikan adanya makna ‘sampai dengan’, tanda pisah (—) adalah pilihan tanda baca yang tepat.
Contoh Salah | Contoh Benar |
---|---|
Acara akan berlangsung pada pukul 09.00-10.00 WIB | Acara akan berlangsung pada pukul 09.00—10.00 WIB |
Perjalanan Jakarta – Bogor memakan waktu sekitar 1 jam 15 menit | Perjalanan Jakarta—Bogor memakan waktu sekitar 1 jam 15 menit |
Saya hanya bisa hadir pada hari Senin – Kamis | Saya hanya bisa hadir pada hari Senin—Kamis |
Pada tahun 2015 – 2024 | Pada tahun 2015—2024 |
2. Apakah kata ganti -ku, -mu, dan lain sejenisnya digabung dengan kata yang mendahuluinya dan kata yang mengikutinya?
Bagian ini cukup sederhana, kata ganti -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Kemudian, kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kecuali kata ganti kau yang bukan bentuk terikat.
Contoh Salah | Contoh Benar |
---|---|
Akan ku kejar mimpi cita-cita itu sampai dapat | Akan kukejar mimpi cita-cita itu sampai dapat |
Guru meminta mu untuk memimpin doa | Guru memintamu untuk memimpin doa |
Kebahagian nya adalah kebahagiaan ku juga | Kebahagiannya adalah kebahagiaanku juga |
Sejujurnya, kaumasih terlalu kaku | Sejujurnya, kau masih terlalu kaku (bentuk tak terikat) |
Maksud dari bentuk terikat merujuk pada kata ganti yang langsung menyambung dengan kata kerja tanpa imbuhan (awalan) seperti baca, tulis, dan beli. Jika ditulis ke dalam contoh, maka kata ganti kau- digabung dengan kata kerja tanpa imbuhan tersebut (kaubaca, kautulis, kaubeli). Selanjutnya, bentuk tak terikat merujuk pada kata ganti yang tidak langsung bertemu denga kata kerja bentuk terikat di atas. Artinya, jika kata kerja sudah mendapatkan imbuhan (awalan), maka kata ganti kau- dipisah dari kata kerja tersebut; seperti kau membaca, kau menulis, dan kau membeli (berlaku demikian untuk kata ganti lainnya). Selanjutnya, bentuk tak terikat juga merujuk pada kata lain yang bukan kata kerja sambungan dari kata ganti tersebut; seperti ‘kau masih terlalu kaku’, ‘kau tidak boleh terlihat bingung’, dan ‘kau harus berpikir lebih dewasa’.
3. Hati-hati, sebab yang lumrah tak selamanya baku
Masih sering menggunakan kata tidak baku dalam tulisan ataupun percakapan formal? Perhatikan beberapa senarai kosa-kata bahasa Indonesia berikut yang mungkin sering kamu anggap baku, padahal sebenarnya tidak.
Kata Tidak Baku | Kata Baku |
---|---|
Aktifitas | Aktivitas (nomina) |
Atlit | Atlet (nomina) |
Bis | Bus (nomina) |
Cidera | Cedera (adjektiva) |
Ijin | Izin (adverbia) |
Karir | Karier (nomina) |
Nasehat | Nasihat (nomina) |
Resiko | Risiko (nomina) |
Shalat, solat, sholat | Salat (nomina) |
Bedah Bahasa bagian ketiga kiranya cukup sampai di sini saja. Penulis tidak akan pernah bosan untuk mengingatkan tentang betapa pentingnya untuk memahami dengan sungguh-sungguh tata-bahasa yang kita miliki saat ini. Selayaknya bangsa yang besar dengan budayanya, maka bahasa Indonesia harus benar-benar jaya dari setiap sisinya; termasuk kita, sang penutur jati. Selamat memperingati Bulan Bahasa dan Sastra, Oktober 2024, serta Hari Pahlawan, 10 November 2024. Semoga bahasa kita maju, negeri kita maju.
Sampai berjumpa di bagian-bagian selanjutnya!